Large Rainbow Pointer

Rabu, 09 Desember 2020

Hai dari aku 10 tahun kemudian

Sejak 2010 ya. Waktu aku memulai menulis blog, pernahkah aku membayangkan diriku di usia 25 tahun ke atas jadi apa? Sepertinya seseorang yang bukan aku yang sekarang. 

Jika aku bisa kembali, aku ingin sekali memarahi diriku sendiri: Jangan malas! Sudah berapa banyak kesempatan kamu sia-siakan. Jangan menyerah dulu! Kamu belum mengeluarkan usaha terbaikmu. Jangan terlena! Kamu terlalu bergantung pada hidup nyamanmu, hingga ada saatnya kamu terkejut segala rasa nyaman itu tidak selamanya bisa hadir untukmu.

Seandainya: nah ini mungkin lagu favoritmu di tahun 2010, namun di tahun 2020 ini adalah momen paling menyebalkanmu. Salah satu bagian dari aktivitas bernama overthinking. Pada saat ini kamu akan mengenang masa lampau, membayangkan jika kamu mengambil pilihan yang lain, atau setidaknya lebih konsisten dalam berusaha, mungkin saat ini kamu akan jadi dirimu yang lebih baik ketimbang sekarang. Contoh sederhana: blogging. Hobimu yang tiap hari kamu tekuni 10 tahun lalu, kemudian berkurang drastis saat kamu kuliah. Seandainya kamu menekuninya, skill menulisku pasti lebih baik. Kamu mungkin tidak hanya menulis curhatanmu saja di blog jika kamu belajar menulis opini dan ulasan dengan lebih baik. Kamu akan memiliki blog yang banyak dikunjungi, benar-benar menjadi seorang blogger seperti yang kamu inginkan. Kasus lain, seandainya kamu lebih giat dan fokus saat kuliah, bukan hanya menjadi EO tanpa bayaran hanya untuk menyibukkan diri karena kamu malas dengan materi kuliah. Mungkin kamu tidak setersesat sekarang. Tidak harus jadi expert, namun setidaknya kamu lebih percaya diri dengan keilmuanmu. Atau lebih jahatnya, seandainya kamu memilih jurusan lain yang lebih sesuai kapasitasmu, mungkin kamu sudah jadi ilmuwan jenius seperti yang kamu bayangkan dulu saat ospek. Nah, ada contoh yang lebih dekat lagi, seandainya kamu serius diet setahun yang lalu. Saat ini kamu akan memiliki badan singset yang tak berani kamu bayangkan sebelumnya.

'Seandainya' adalah lagu yang menyertai keenggananku melepas masa SMP di tahun 2010, dan di tahun 2020, 'seandainya' adalah momen yang meyertai keenggananku untuk memaafkan diriku sendiri. Aku yang sekarang bukan aku yang kucita-citakan 10 tahun lalu.

Namun tak apa, tidak ada mesin waktu yang bisa mengubah pilihanmu di masa lalu. Kamu punya hari ini. Tuhan masih beri kamu kesempatan untuk hidup pada detik kamu menulis kembali di blog ini.

Dan itu cukup. Sangat cukup. 

Selasa, 17 Mei 2016

HALO APA KABAR DARI MAHASISWI SEMESTER ENAM!

Halo. Lama tidak berjumpa. Bukan lupa. Sungguh sebenarnya saya ingin sekali menulis cerita tentang kuliah saya, bahkan materi kuliah saya ingin rasanya disajikan menjadi bentuk post di blog. Tapi hingga saya di semester 6 ini, semua wacanaaaaa.

Oiya, sekarang saya lebih aktif di Tumblr. Isinya galau-galau memang.

TIGA TAHUN VAKUM!
Ampuni saya.
Ini ada foto narsis saya (no filter!) pagi ini di saat mengerjakan tugas Teknologi Reaktor Maju. 

Kuliah di Teknik Nuklir itu bagaimana sih ceritanya? Hm karena sekarang saya sudah mahasiswa tua (sudah mau punya dedek angkatan lagi!), cerita saya pasti macam-macam nih. Mau mulai dari mana ya?

Kesibukan? Wah macam-macam. Dulu saya punya tekad mau jadi ilmuwan saja, kuliah yang bener lulus cepet kuliah lagi sampai S3 kerja di CERN. Tapi ya kuliah banyak godaan. Saya pernah di masa keasyikan jadi EO, demi mempersiapkan event sampai rela bolos kuliah. Rapat macam-macam, sehari bisa lebih dari sekali, sampai malam gerbang teknik ditutup juga rela. Sekarang sih sudah ketuaan. Pulang ke rumah sebelum jam 5 sore. Sudah malas malam-malam di luar rumah, apalagi kalau sudah mandi dan dasteran.

Nilai? Haha. Rules pertama kalau kamu menghadapi anak teknik, khususnya yang ternaung dalam Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika (dulu bernama Jurusan Teknik Fisika) adalah JANGAN PERNAH TANYA INDEKS PRESTASI KUMULATIF NYA BERAPA! Itu ibarat tanya ke cewek badan maxi (saya badan maxi kok) berapa berat badannya. 
Mungkin yang pernah baca post blog saya sebelumnya, saya pernah berkata kelemahan saya adalah terlena. Ini juga terjadi pada IPK saya. Saya pernah dapat IPK duakoma di saat kabarnya teman-teman saya mulai naik nilainya. Sekarang masih berjuang untuk bangkit mengejar ketertinggalan.

Passion? Saya masih kutu buku. Hanya sedihnya frekuensi baca buku saya sudah jauh berkurang dari zaman sekolah dulu. Uang saku memang naik di kuliah, tapi bukan berarti budget buku aman. Pengeluaran banyak! Selain itu, rasa-rasanya ada perasaan berdosa kalau keasyikan baca buku, banyak tugas kuliah! Selain buku, saya juga lagi senang-senangnya menjadi beauty junkie. Hm, memang sudah rencana saya untuk menuliskan mengenai saya dan dunia permakeupan. Wait, cewek teknik makeupan? Hm. Tunggu saja tulisan saya ya. Semoga tidak wacana. Entah di Tumblr atau di sini.

Masa depan? Dulu saya bisa jawab dengan yakin dan lantang. Sekarang... Kadang suka malu di sini. Ini pertanyaan yang memusingkan.

Astaga cerita saya kok ga ada bagus-bagusnya. Tidak kok. Macam-macam, sungguh!

Sampai jumpa lagi!

Selasa, 12 November 2013

---

Dear kamu, bagaimana harimu sekarang? Bagaimana kuliahmu? Bagaimana dosenmu? Bagaimana teman-teman barumu?

Lama tak jumpa. Lama tak berkabar. Lama tak tampak dalam pandanganku. Di antara ribuan, kamu tenggelam. Aku nyaris tak tahu apa-apa, bahkan aku curiga kamu tiba-tiba pindah ke tempat lain. Bahkan dalam pikiran yang mengusikku, kamu juga perlahan meredup. Hal yang aku nikmati. Aku suka kamu hilang. Begitu lebih baik.

Tapi kamu tak pernah benar-benar hilang kan ya. Kamu masih ada, satu di antara ribuan. Hanya masalah waktu, ruang, dan kesempatan. Saat ribuan itu menyingkir, menyisakan kamu. Di depanku. Tanpa bisa kucegah.

Penasaran mengusikku. Kamu sibuk apa sekarang? Masih sering main dengan gengmu? Tapi yang ada hanya basa-basi dari mulutku. Singkat. Kemudian aku pergi. Seperti 'hai' itu bisa mewakili pikiran yang lama terpendam.

Bodoh. Kita hanya dua orang yang pernah saling mengenal. Lantas menjauh tanpa komando. Selesai.

Tapi salahkah aku jika berharap segalanya kembali seperti dulu? Saat predikat orang asing belum melekat. Saat sekat penghalang itu masih belum ada. Saat aku masih belum punya keinginan apapun yang kemudian justru menghancurkanku.

Lupakan saja. Tetaplah kamu hilang di antara ribuan.

Rabu, 17 Juli 2013

Mau bikin bom ya??

Setelah wisuda, aku resmi jadi alumni - penghalusan dari pengangguran. Dan setelah bayar UKT dan dapet KTM sementara, aku resmi jadi maba. Ya secara administratif doang sih, simbolisnya nunggu ospek haha.

Allah memang sayang pada hambaNya satu ini, Alhamdulillah bisa masuk UGM salah satu universitas terbaik di Indonesia :)

Dan syukurlah pula aku hidup di zaman ini dimana segala informasi sudah ada di dunia maya, cukup modal facebook dan twitter uda kenalan temen-temen dari daerah macam-macam. Padahal ya blum ketemu.

Dari judulku di atas mungkin udah bisa nebak aku masuk mana kan. Bukan angkatan udara kok, sejak kapan UGM berbasis militer gitu -,- . Iya, aku masuk ke jurusan yang progran S1nya cuma ada satu se-Indonesia.

Awal mula ak memutuskan masuk jurusan ini waktu kelas dua akhir. Saat itu bukannya bikin 'list jurusan pilihan' aku malah buat 'list jurusan yang anti aku pilih' dengan kedokteran di paling atas. Bukan apa-apa, pekerjaan dokter itu sangat mulia dan mamaku berharap salah satu anaknya ada yang jadi dokter. Tapi dokter mesti belajar biologi haha. Syarat-syaratku saat itu ga ada biologi, ga banyak hapalan, ga ada kimia terutama alkena alkuna alkunkuncen, non sastra, ga pake menggeh-menggeh naik gunung, ga pake solder, minim IT, yang peminat dari sekolahku dikit (biar berasa rantau orangnya beda-beda) dan deket rumah. Kalau jauh sekalian yang bisa ngekos haha.

Kalo cita-cita dari kecil sih Astronomi ITB, dan saat SMA aku tertarik juga masuk FITB di ITB. Pengen Oseanografi UNDIP juga, kan asyik tuh nyelam-nyelam ke laut. Tapi sampai diskusi panjang lebar ke wakasek guru BK dan termutlak orang tua ga ada yang nyaranin luar kota. Hiks. Bukannya merantau itu awal langkah menuju kesuksesan ya. Katanya sih 'orang luar aja banyak yang mau ke Jogja, kenapa kamu yang orang asli malah mau keluar?'

Satu-satunya yang nyaranin keluar kota cuma seorang tukang tarot. Iya bener tukang tarot yang mainnya pake kartu bergambar. Saat libur naik kelas aku pergi ke FKY bareng temenku, dan ada stand kartu tarot di situ. Penasaran plus karena galau jurusan aku minta diramal. Sekali kocok 10ribu.

Tau ga yang keluar apa? Gambar orang sekarat, orang jatuh dari jurang, dan gambar-gambar ga enak lainnya. Ga ada yang bagus. Mbaknya bilang kalo suatu saat nanti aku bakal yakin sama suatu keputusan, namun keputusanku itu salah dan suatu saat akan menyesalinya. Glek. Trus temenku nyeletuk pilihan jurusanku saat itu. Malah dibilang jangan, keluar kota aja. Bandung bagus lho. Udah aku jelasin ga boleh keluar kota, mbaknya malah bilang buat bujuk orangtua. Glek lagi. Mau tanya soal jodoh jadi urung, selain karena uang udah mepet.

Akhirnya aku pinjem buku akademik UGM, isinya penjelasan makul tiap jurusan. Hampir tiap hari aku baca, nyari-nyari mana sampai hapal halaman jurusan-jurusan yang aku cim.

Setelah baca-baca awalnya aku mau masuk geodesi. Baru bilang 'ma pa aku daftar geodesi ya' udah ga dibolehin. Ternyata aku ga boleh masuk jurusan yang ada 'geo'-nya terutama oleh mamaku. Ya melihat poin 'ga pake menggeh-menggeh naik gunung' kayaknya iya sih aku ga cocok masuk situ.

Sempet mau TPHP juga karena aku tiba-tiba hobi masak. Tapi liat makul pertamanya: Biologi dasar. Corettt.

Karena temen-temen banyak yang mau teknik, aku jadi ketularan rajin liat daftar teknik. Kebanyakan temenku yang cewek pilih Teknik Kimia, tapi ah judulnya aja kimia. Dan dari SMP ga pernah sahabatan sama gurunya. Kalau yang cowok kebanyakan Teknik Elektro. Tapi dulu pernah pelajaran elektro pas SMP, aku cuma modal duit temenku yang ngerjain. Nyolder aja takut-takut gitu, kacau bangetlah. Yang basic aja payah gimana expert besok. Mana takut kesetrum. Mau geologi, sebenernya dari kecil suka materi bumi-bumi gitu. Tapi karena ada anti-geo dan anti menggeh-menggeh jadi lupakanlah. Teknik mesin jelas ga aku banget, moto-GP sama F1 aja baru tau kemaren bedanya apa -_____- . Sampailah aku dibagian Fisika Teknik, dan ngerasa dapet pencerahan. Yes.

Banyak yang komentar sih dari temen-temen. Wow, li. Udah teknik, fisika lagi. Teknik sendiri kan udah fisika. Hha iya sih. Bukannya aku maniak fisika, rumus aja masih ngarang seketemunya angka. Tapi rasanya cuma itu yang pas. Pas AMT juga aku nulis FISTEK di headbandku. Selama satu semester pilihanku (lumayan) mantep di situ.

Menjelang unas dan pendaftaran SNMPTN aku galau lagi. Duh di fistek ketemu katrol-katrol ga ya. Karena aku ngerasa payah banget di begituan. Bangunan, kesetimbangan, inersia (cieh!).. Tiba-tiba ngerasa minder ga yakin lagi. Lha level unas aja udah minta ampun besok kuliah gimana. Awr. Galau lagi.

Sempet pengen di MIPA aja, soalnya dasar kata hati ini udah males masuk teknik sebenernya. Hasil psikotes juga bilang aku bagusnya masuk MIPA, kurang di teknik, dan sangat kurang di medis (bye kedokteran!). Tapi males kalo sama kayak kampus bapakku dulu, ogah dibilang ngekor -__- . Emang payah aku ini milih jurusan kayak milih baju (?).

Nah tring... Tiba-tiba pilihan pertamaku itu muncul lagi. Mikir, kenapa ga? Udah anaknya dikit jadi ngapalin temen juga gampang, ga ada katrol, kimianya ga alkunkuncen, biologinya bukan ngapalin 'yang katanya jaringan suatu mahkuk hidup tapi bagiku styrofoam buat mading'. Sepertinya juga cuma aku yang mau masuk situ. Udah gitu aku juga lagi kena demam Korea, berhubung jurusannya juga punya relasi di Korea Selatan, jadi aku mikir kali aja bisa pertukaran atau lanjut ke Korea trus ketemu Choi Minho di sana! *ngayal kebangeten.

Akhirnya bapakku ngajak trip ke BATAN, katanya biar tambah mantep. Aku nyempil rombongan mahasiswanya bapakku yang ga aku kenal semuanya (iyalah, beda kota gitu). Saat itu seharusnya aku ulangan biologi. Jadi awalnya aku malah panik, duh ulangan susulan mana dapet bala bantuan (ketahuan deh hinanya aku). Tapi ya ulangan kan uda sering, ini bisa masuk reaktor, kapan lagi coba. Tapi ya dasar anak SMA, diterangin ini itu aku cuma bengong. Para mahasiswa sih manggut-manggut antusias. Aku pasang muka cool sambil senyum aja, padahal dalam hati 'ngomong apaan tho?'. Masuk reaktor ternyata juga ga se-wow yang di film-film, ah ekspektasiku ketinggian mungkin. Ngebayangin kalau PLTN bener-bener dibangun, mesti jauh lebih keren dari ini. Tapi ya lumayanlah, di dalam aku berasa jadi Peter Parker yang mau masuk ruangan rahasia, tapi berhubung takut nyasar stay di rombongan deh.

Setelah istikharah dan bertapa, akhirnya saya mantap beneran.

Begitu kabar menyebar, tambah hebohlah orang-orang. Mulai dari 'ga takut radias li?' Jawabanku enak bener, 'ga apa kena radiasi. Kali aja mutasi jadi seksi kayak catwoman'. Ada juga yang bilang kalo aku ini mau buat kawanan zombie. Trus mayoritas pada komentar 'ngeri banget' dan pastinya 'mau bikin bom ya li?' . Buset emangnya aku mau direkrut antek-anteknya Nurdin M Top apa. Simbahku aja komentar 'wolah arep nggawe senjata'. Aku berasa mau dikirim ke Somalia buat memberantas pemberontakan di sana. Kemudian sebangsa 'duh li kamu kan cewek ga takut mandul tho' juga ada, malah ada temenku yang tau-tau megang perutku ambil pasang muka khawatir! Ealah. Yang dukung aku saat itu cuma bapakku dan temennya bapakku.

Bomnya dinamit lagi


Alhamdulillah aku lolos SNMPTN ke jurusan tersebut, dan hikmahnya aku jadi eksis! Iya temenku cerita kalau di bimbelnya aku dibicarain hihi. Dasar banci eksis.

Setelah melewati serangkaian pendaftaran beberapa tes dan registrasi ketahuan deh dari SNMPTN ceweknya cuma 5 dari total 22 orang! Waw baru kali ini aku punya kelas (ga tau nyebutnya apa) yang jumlah cowok lebih banyak dari cewek. Cihuy! Tapi berasa rada asing juga sih karena semua anak-anaknya baru dari bermacam-macam daerah di Indonesia. Yang dari DIY cuma empat orang termasuk aku. Setelah ke KPFT ngurus pendaftaran ini itu juga jadi deket sama cewek-ceweknya.

Masalah datang justru saat aku udah resmi administratif jadi mahasiswa. Karena udah pengumuman tambah banyak yang tanya aku masuk mana. Reaksinya pun sama, tapi karena dari mulut ibu-ibu jadi menyebalkan. Akhirnya sekarang kalau ditanya, aku cuma jawab UGM. Ditanya lagi aku jawab Teknik. Ditanya lagi baru aku ngaku. Sama sekali bukan karena aku ga bangga, tapi lebih ke capek dengerin kata-kata macam 'ngeri' dan 'mau bikin bom' itu.

Nah berkat facebook juga aku jadi lebih kenal dengan calon teman seperjuanganku kelak. Dan ternyata mereka...pinter-pinter. Darimana asalnya ya pokoknya aku taulah. Twit akun prodi dari kakak angkatan juga 'menggetarkan', kadang soal negara. Tambahlah aku merasa payah banget. Duh aku berasa besok yang paling hina... *nyusun puzzle di pojokan.

Ya tapi siapa yang tahu ke depannya. Masa ya takut sebelum dicoba. Bolehlah aku masuk yang paling hina, mungkin keluarnya yang paling kinclong haha. Tinggal gimana aku beradaptasi dan berjuang, paling ga demi UKT yang mahalnya bisa buat beli iPhone ini. Salam, eureka!

Satu hal lagi, siap-siap kembali dipanggil Rahma ^^

*maaf buat yang baca kalau tersinggung, tidak ada maksud penghinaan apapun di sini, murni curhat ._.

Kamis, 04 Juli 2013

Tamat Belajar 12 Tahun (kyaa!!!) - Part 2

Baiklah aku sudah berjanji mau cerita UN itu seperti apa. Padahal UN udah ga jaman lagi. Dan aku seperti terserang amnesia mendadak, ups.

Ga kok. Aku bakal tetep cerita, dan bukan bermaksud sombong, tapi lebih ke rasa bersyukur.

Jujur kesalahanku saat SMP itu fatal menurutku. Aku cuma mementingkan aspek otak saat persiapan UN. Ga tau tujuan. Ga tau target. Dan ga sadar ada banyak faktor yang akan mendukung saat UN berlangsung. Mungkin bisa dikatakan aku terlena saat itu. Merasa sudah oke, ikut bimbingan les dan masuk gala yang tergolong lumayan dan stabil. Nilai-nilaiku saat tryout juga tergolong memuaskan. Pokoknya aku merasa persiapan sudah fix. Padahal saat itu aku masih ga tau mau masuk SMA mana. Seperti anak lainnya, bilang kalau ga Padmanaba ya Teladan. Malah yang sudah fix pilihan duanya.

Ternyata saat UN SMP berlangsung aku merasa kacau. Terutama saat bahasa Inggris, saat pulang aku sempat mengecek kamus dan jawabanku salah. Sumpah, padahal tadi sudah kujawab yang benar dan kuganti. Nangis, tentu saja. Prediksi NEMku jadi 35-36.

Saat hasilnya diumumkan, ternyata aku dapat 37,15. Selama dua menit aku merasa senang, sampai aku tahu NEM anak-anak lainnya. Sumpah. Pada 38an dan 37 koma gendut. Hampir semua yang aku tanya mendapat NEM di atasku. Termasuk anak-anak yang selama ini di bawahku saat tryout.

Menjelang pendaftaran orangtuaku sudah punya firasat kalau aku tidak bisa masuk Teladan, apalagi Padmanaba. Walau dalam hati masih ga rela, akhirnya menurut saja diantar ke Delayota. Dan ternyata benar. NEM terendah Teladan 37,20. Selisih 0,05 dengan nilaiku. Kalau aku masih nekat daftar Teladan, tentu saat ini aku sudah di pilihan dua.

Duh malah curhat saat penerimaan SMA, padahal bukan itu yang ingin kutegaskan. Tapi keterlenaanku. Perasaan cepat puasku. Itu jadi pelajaran saat UN SMA. Sepertinya kali ini aku diuji lagi.

Jujur saja saat ditanya target NEM peranak oleh Pak Nur, guru Bahasa Indonesiaku, jawabanku yang paling rendah sekelas. Saat itu targetku sebenarnya cuma lulus. Titik. Karena toh NEMnya juga tidak dipakai buat apa-apa. Aku lebih fokus target masuk perguruan tinggi dengan jalur apapun.

Sampai semester dua dan tryout menjadi makanan wajib mingguan. Alhamdulillah aku selalu lulus dengan peringkat yang lumayan. Namun karena itulah aku lebih waspada. Bagaimana caraku agar tidak terlena lagi. Pada akhirnya aku berfokus pada nilai-nilaiku, bukan pada peringkatku. Terutama biologi, sandungan seumur hidup. Kapan aku mengerjakan biologi tanpa ngawur, jawaban yang mentok aku tidak tahu kujawab A semua -,-

Saat ikut bimbel aku sengaja mencari kelas yang anak sekolahanku sedikit agar lebih fokus. Aku pilih jam malam yang syukurlah itu efektif untukku karena dari sekolah sendiri sudah ada pembinaan. Jadi beberapa bulan sebelum UN, sampai sekolah pagi jam 06.25 untuk PM, pembinaan siangnya sampai jam setengah 4, dan malamnya hampir tiap hari bimbel sampai jam delapan. Capek? Bohong kalau ga. Makanya, setelah ujian pra-UN dan pulangnya lebih pagi, rasanya jauh lebih enak. ^^

Eng-Ing-Eng... UN datang.

Hari 1 - Bahasa Indonesia

h-1 UN aku online terus kerjaannya, karena ada yang bilang kalau mau UN ga usah belajar ENTAH SIAPA YANG NGOMONG. Saat hari pertama UN ini aku deg-degan, tapi untung masih bisa nulis nama sendiri. Saat SMP aku hampir ga bisa nulis nama. LJKnya harus disobek dari soal, rada takut, untung pengawasnya baik mau nyobekin.

Soalnya sendiri, khas Bahasa Indonesia. Nalar banget. Ada tiga soal tentang puisi, Chairil Anwar - Penerimaan, dan semuanya ga bisa kujawab. Argh.

Hari 2

 - Bahasa Inggris

Kelasku ini sebelahnya kandang ayam. Jadi bisa dibayangin kan rasanya listening bareng ayam-ayam yang sibuk paduan suara. Udah gitu kasetnya ga stabil, naik turun gitu suaranya. Sumpah bagusan saat tryout, padahal pas tryout ada yang suaranya cemprenglah kelambatan lah. Dua nomor terakhir listening aku bener-bener ga tau itu ngomongin apa -,-

- Fisika

Bukan bermaksud sombong, tapi aku merasa bahagia pas ngerjain ini. Rasanya enak banget ga kayak tryout. Dan pas ada yang aku ga tau jawabannya aku merasa dapat hidayah Illahi. Masalahnya setelah selesai ngerjain ini aku baru panik. Duh kok aku ngegampangin ya, jangan-jangan aku salah baca soal dan ga teliti gitu. Awrrr...

Hari 3 - Matematika

Ini juga tergolong enak, lebih enak dari fisika menurutku. Itulah gunanya tryout susah, biar ketika dapet soal yang mudahan gini kamu bersyukur :)

Hari 4

-Kimia

Orang lain bilang gampang. SUSAH BAGIKU.

-Biologi

Aku nangis pas ngerjain. NGAWUR MAKSIMAL :'( . Lebih dari separo ga yakin :'( . Dan yang bikin sebel lagi ada soal yang dulu mbak-mbak tentor bilang ga bakal keluar, tapi ada di nomor 3 :'( :'( :'(

Gara-gara biologi itu aku udah hopeless. Bukan sekedar dapat rata-rata bagus, tapi takut ga lulus. Sampai aku udah bikin plan kalau ga lulus aku mau ke pondok pesantren.

Makanya aku takut banget pas pengumuman UN. Aku teror mamaku terus, sms tiap dua menit sekali. Apalagi pas pengurus IT sekolah ngetwit 'kayaknya bakalan ada yang nangis' gitu. Arrghh... Paling ga plis, kabar lulus 100% biar aku tenang. Perkara nilaiku berapa belakangan. Prediksiku saat itu 41 dari total 60.

Begitu mamaku sms rata-rata, Alhamdulillah. Lebih dari yang kubayangkan :) . Termasuk biologinya yang jauh melampaui target terbaikku :) .

Selain itu juga bersyukur karena daerahku termasuk tepat waktu dalam penyelenggaraan UN, dan kertasnya ga ada masalah apa-apa juga. Karena baca berita dan cerita anak sekolah lain kalau LJK mudah robek saat dihapus, sementara aku dan teman-temanku baik-baik saja. Katanya sih karena kita terbiasa dapat LJK yang jelek wkwkwk.

Selain kesiapan materia, faktor doa dan keberuntungan juga ada. Selain itu, tergantung diri kita sendiri. UN jelas bukan ujian terakhir di dunia, masih ada yang lainnya.

Ah ya sekarang aku sudah (mau) mahasiswi... Baiklah... Semoga tahapan baru ini lebih menyenangkan!

Minggu, 26 Mei 2013

Tamat Belajar 12 Tahun (kyaa!!!) - Part 1

Allo!

Sudah lama banget aku ga ngeblog. Persiapn ujian bukan faktor utama sih hehe, tapi bingung mau nulis apa -_____- . Bahkan sampai sebulan lebih Ujian Nasional selesai, entri blog tetep ga update. Baiklah, tercatat ini h+2 pengumuman UN dan 23 jam menuju pengumuman SNMPTN. Wish me luck darla!!

Aku ingin berbagi pengalaman saja soal UN, manis dan pahitnya, mumpung masih semi anget buat dibicaraini wkwkwk :D bosen juga kalau postingannya galau terus. Kemarin-kemarin ini baru bersih-bersih tumblr, hapus-hapusin post galau yang isinya nyampah semua hags. Tenang ali sudah ga galau kok =))

Kalau kamu lagi banyak ujian,entah itu tugas sekolah, PR, ulangan-ulangan yang rasanya non-stop, sampai kenaikan kelas sekalipun plis nikmati aja. Kalau kamu ngeluh pun itu ga akan menyelesaikan masalahmu, malah bertambah. Itu pula yang terjadi saat pra-UN, ujian praktek dan ujian sekolah (tulis).

Saat itu aku termasuk orang yang bilang "plis aku terima UN sekarang daripada ujian praktek dan ujian tulis!" . Bukan karena aku mahabesarkepalananjenius, tapi UN setidaknya sudah dipersiapkan sejak kelas awal kelas tiga, sementara dua ujian pra-UN ini hopeless banget bagiku. Harus ngapalin doa dan arti surat untuk Agama, harus panas-panas olahraga, siapin speech Bahasa Inggris, MENGARANG BAHASA JAWA (big thankss to my dad), etc.

nomor dada saat ujian praktek

Ternyata setelah dijalani, ujian praktek ga seberat itu kok beneran. Bahkan saat mengarang Bahasa Indonesia dan Inggris aku cuma mempersiapkan kerangka dari rumah, karena fokus pada karangan Perancis dan Jawa, sementara teman-temanku sudah membuat karangan kemarinnya. Tapi Alhamdulillah lancar sampai saat presentasi. Bahkan selama ujian praktek kerjaanku cuma ngenet cari hiburan =))

Ujian Praktek kelar, inilah ujian yang saat itu bagiku lebih menakutkan daripada si UN. Bayangin, kamu harus ujian pelajaran PKn, Basa Jawa, Bahasa Perancis, Sejarah, pelajaran-pelajaran yang butuh hidayah Tuhan buat dengerin. Parah. Kalau SMP masih mending ada bimbingan ujian sekolah walau seminggu. Ini ga ada apa-apa -_-

Tapi ya lalui saja. Tahu-tahu selesai kok :3 . Biar lebih fokus, pelajari soal dari tahun-tahun lalu. It helped.

Trus kali si UN sendiri gimana? Nah ini enaknya kalau si Ujian Praktek dan sekolah diadain sebelum UN, plong rasanya. Udah ga ada pulang sore, ga ada pelajaran-pelajaran lain slain 6 itu, isinya udah tinggal kerjaiiin soal dan soal. Trus tryout. Tryout. Tryout. Entah dinas apa siapa dimana yang buat -_-

Tryout kota tahap 1
Oya soal tryout itu memang aneh-aneh. Lihat nilai biologiku? Waktu tryout kota 1 itu memang soal biologinya ajaib banget. Berita koran juga bilang kalau biologi pada dapat nilai jelek. Aku masih inget banget saking susahnya thu soal aku milih gambar komik alien menyerang bumi di situ =)) kalau ketemu soalnya kapan-kapan aku upload :3 Padahal yang buat guruku sendiri -_-

Trus UN itu kayak gimana? Kapan-kapan aku lanjut. See yaaa :))