Kenapa itu penting bagiku? Aku sudah kehilangan banyak dari diriku, sehingga nyaris tak bisa kukenali lagi. Ini masih dimensi yang sama, tapi jiwaku telah terpecah.
Belah.
Takkan mampu menjadi utuh lagi, sekalipun perekat terbaik bersatu.
Takkan pernah menjadi sama, lagipun dilebur dan dibentuk ulang.
Lebih dari hal-hal yang direnggut dariku satu setengah tahun ini, aku lebih merindukan diriku. Jiwaku yang utuh. Ragaku yang bebas tanpa ikatan.
Bukan karena narsisme, atau egoku.
Karena bahkan segala hal yang tetap adapun, tak ada rasanya seperti dahulu.
Kehilangan diri sendiri itu... Sakit tanpa bekas. Ia ada, dalam dirimu, tapi kau tak bisa menggapainya.
Kini aku adalah aku yang terbentuk oleh keadaaan. Dipaksa. Ditundukkan. Dipecut senyum. Ditampar tawa. Dibenci kasih. Diludah peduli.
Dan yang paling buruk, dibohongi hati.
Elemen yang terjujur pun saling mengingkar. Berperang, menebas pedang, untuk mendapatkan kebohongan lainnya. Bertempur, berebut harta, yang bernama palsu.
Posisiku hanya penonton, awalnya, karena kini seenaknya diseret untuk terlibat.
Terpaksa membawa senjata dalam diriku yang hancur ini, diperintah layaknya budak kapal, dipukuli, didorong maju. Melawan segala harapan yang kucintai demi pinta kasar mereka. Berkata aku pengkhianat karena tak mau mengkhianati hal yang kudamba.
Keterlaluan! Hanya karena aku sudah pecah remuk begini, bukan berarti kau sekalian bisa menghinaku!
Bahkan vas indah yang pecah pun sanggup melukai dengan pedihnya.
Pecahan yang terserak pun bisa menjadi senjata, yang akan melumpuhkan dayamu.
Kenapa itu penting? Karena muakku mengakar menembus kalbu, menunggu saatnya tiba.
Untuk aku, DAN KAU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ada comment ada senyum :)