Large Rainbow Pointer

Kamis, 04 Juli 2013

Tamat Belajar 12 Tahun (kyaa!!!) - Part 2

Baiklah aku sudah berjanji mau cerita UN itu seperti apa. Padahal UN udah ga jaman lagi. Dan aku seperti terserang amnesia mendadak, ups.

Ga kok. Aku bakal tetep cerita, dan bukan bermaksud sombong, tapi lebih ke rasa bersyukur.

Jujur kesalahanku saat SMP itu fatal menurutku. Aku cuma mementingkan aspek otak saat persiapan UN. Ga tau tujuan. Ga tau target. Dan ga sadar ada banyak faktor yang akan mendukung saat UN berlangsung. Mungkin bisa dikatakan aku terlena saat itu. Merasa sudah oke, ikut bimbingan les dan masuk gala yang tergolong lumayan dan stabil. Nilai-nilaiku saat tryout juga tergolong memuaskan. Pokoknya aku merasa persiapan sudah fix. Padahal saat itu aku masih ga tau mau masuk SMA mana. Seperti anak lainnya, bilang kalau ga Padmanaba ya Teladan. Malah yang sudah fix pilihan duanya.

Ternyata saat UN SMP berlangsung aku merasa kacau. Terutama saat bahasa Inggris, saat pulang aku sempat mengecek kamus dan jawabanku salah. Sumpah, padahal tadi sudah kujawab yang benar dan kuganti. Nangis, tentu saja. Prediksi NEMku jadi 35-36.

Saat hasilnya diumumkan, ternyata aku dapat 37,15. Selama dua menit aku merasa senang, sampai aku tahu NEM anak-anak lainnya. Sumpah. Pada 38an dan 37 koma gendut. Hampir semua yang aku tanya mendapat NEM di atasku. Termasuk anak-anak yang selama ini di bawahku saat tryout.

Menjelang pendaftaran orangtuaku sudah punya firasat kalau aku tidak bisa masuk Teladan, apalagi Padmanaba. Walau dalam hati masih ga rela, akhirnya menurut saja diantar ke Delayota. Dan ternyata benar. NEM terendah Teladan 37,20. Selisih 0,05 dengan nilaiku. Kalau aku masih nekat daftar Teladan, tentu saat ini aku sudah di pilihan dua.

Duh malah curhat saat penerimaan SMA, padahal bukan itu yang ingin kutegaskan. Tapi keterlenaanku. Perasaan cepat puasku. Itu jadi pelajaran saat UN SMA. Sepertinya kali ini aku diuji lagi.

Jujur saja saat ditanya target NEM peranak oleh Pak Nur, guru Bahasa Indonesiaku, jawabanku yang paling rendah sekelas. Saat itu targetku sebenarnya cuma lulus. Titik. Karena toh NEMnya juga tidak dipakai buat apa-apa. Aku lebih fokus target masuk perguruan tinggi dengan jalur apapun.

Sampai semester dua dan tryout menjadi makanan wajib mingguan. Alhamdulillah aku selalu lulus dengan peringkat yang lumayan. Namun karena itulah aku lebih waspada. Bagaimana caraku agar tidak terlena lagi. Pada akhirnya aku berfokus pada nilai-nilaiku, bukan pada peringkatku. Terutama biologi, sandungan seumur hidup. Kapan aku mengerjakan biologi tanpa ngawur, jawaban yang mentok aku tidak tahu kujawab A semua -,-

Saat ikut bimbel aku sengaja mencari kelas yang anak sekolahanku sedikit agar lebih fokus. Aku pilih jam malam yang syukurlah itu efektif untukku karena dari sekolah sendiri sudah ada pembinaan. Jadi beberapa bulan sebelum UN, sampai sekolah pagi jam 06.25 untuk PM, pembinaan siangnya sampai jam setengah 4, dan malamnya hampir tiap hari bimbel sampai jam delapan. Capek? Bohong kalau ga. Makanya, setelah ujian pra-UN dan pulangnya lebih pagi, rasanya jauh lebih enak. ^^

Eng-Ing-Eng... UN datang.

Hari 1 - Bahasa Indonesia

h-1 UN aku online terus kerjaannya, karena ada yang bilang kalau mau UN ga usah belajar ENTAH SIAPA YANG NGOMONG. Saat hari pertama UN ini aku deg-degan, tapi untung masih bisa nulis nama sendiri. Saat SMP aku hampir ga bisa nulis nama. LJKnya harus disobek dari soal, rada takut, untung pengawasnya baik mau nyobekin.

Soalnya sendiri, khas Bahasa Indonesia. Nalar banget. Ada tiga soal tentang puisi, Chairil Anwar - Penerimaan, dan semuanya ga bisa kujawab. Argh.

Hari 2

 - Bahasa Inggris

Kelasku ini sebelahnya kandang ayam. Jadi bisa dibayangin kan rasanya listening bareng ayam-ayam yang sibuk paduan suara. Udah gitu kasetnya ga stabil, naik turun gitu suaranya. Sumpah bagusan saat tryout, padahal pas tryout ada yang suaranya cemprenglah kelambatan lah. Dua nomor terakhir listening aku bener-bener ga tau itu ngomongin apa -,-

- Fisika

Bukan bermaksud sombong, tapi aku merasa bahagia pas ngerjain ini. Rasanya enak banget ga kayak tryout. Dan pas ada yang aku ga tau jawabannya aku merasa dapat hidayah Illahi. Masalahnya setelah selesai ngerjain ini aku baru panik. Duh kok aku ngegampangin ya, jangan-jangan aku salah baca soal dan ga teliti gitu. Awrrr...

Hari 3 - Matematika

Ini juga tergolong enak, lebih enak dari fisika menurutku. Itulah gunanya tryout susah, biar ketika dapet soal yang mudahan gini kamu bersyukur :)

Hari 4

-Kimia

Orang lain bilang gampang. SUSAH BAGIKU.

-Biologi

Aku nangis pas ngerjain. NGAWUR MAKSIMAL :'( . Lebih dari separo ga yakin :'( . Dan yang bikin sebel lagi ada soal yang dulu mbak-mbak tentor bilang ga bakal keluar, tapi ada di nomor 3 :'( :'( :'(

Gara-gara biologi itu aku udah hopeless. Bukan sekedar dapat rata-rata bagus, tapi takut ga lulus. Sampai aku udah bikin plan kalau ga lulus aku mau ke pondok pesantren.

Makanya aku takut banget pas pengumuman UN. Aku teror mamaku terus, sms tiap dua menit sekali. Apalagi pas pengurus IT sekolah ngetwit 'kayaknya bakalan ada yang nangis' gitu. Arrghh... Paling ga plis, kabar lulus 100% biar aku tenang. Perkara nilaiku berapa belakangan. Prediksiku saat itu 41 dari total 60.

Begitu mamaku sms rata-rata, Alhamdulillah. Lebih dari yang kubayangkan :) . Termasuk biologinya yang jauh melampaui target terbaikku :) .

Selain itu juga bersyukur karena daerahku termasuk tepat waktu dalam penyelenggaraan UN, dan kertasnya ga ada masalah apa-apa juga. Karena baca berita dan cerita anak sekolah lain kalau LJK mudah robek saat dihapus, sementara aku dan teman-temanku baik-baik saja. Katanya sih karena kita terbiasa dapat LJK yang jelek wkwkwk.

Selain kesiapan materia, faktor doa dan keberuntungan juga ada. Selain itu, tergantung diri kita sendiri. UN jelas bukan ujian terakhir di dunia, masih ada yang lainnya.

Ah ya sekarang aku sudah (mau) mahasiswi... Baiklah... Semoga tahapan baru ini lebih menyenangkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ada comment ada senyum :)